BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pembangunan sektor pertanian dewasa ini diarahkan
untuk menuju pertanian yang efisien dan tangguh, mengingat kebutuhan
hasil-hasil pertanian yang terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk. Pertanian lahan kering merupakan kegiatan budidaya yang banyak
menglami hambatan. Salah satu faktor penghambatnya adalah terbatasnya
air. Lahan kering merupakan sebidang tanah yang dapat dapat digunakan
untuk usaha pertanian dengan menggunakan air secara terbatas dan biasanya hanya
mengharapkan dari curah hujan. Lebih lanjut lahan kering dengan hanya 4-5 bulan
basah dikategorikan cukup riskan untuk pengembangan palawija maupun untuk
hortikultura, walau lahan tersebut potensial untuk pengembangan peternakan.
Keberhasilan peningkatan produksi tanaman hortikultura di Indonesia tidak
terlepas dari peran irigasi yang merupakan salah satu faktor produksi penting.
Usaha untuk mencapai target produksi di satu sisi, dan teknologi tepat dan
murah di sisi lain telah mendorong penggunaan air secara berlebihan tanpa
mempertimbangkan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia. Teknologi di
bidang irigasi merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatkan
produksi pertanian, khususnya pada pertanian lahan kering. Oleh karena itu,
sejalan dengan perkembangan dan kemajuan di bidang irigasi, makateknologi
irigasi yang umum dilakukan oleh petani perlu disempurnakan berdasarkan
penelitian dan pengkajian yang terbaru.
Pada saat musim kemarau, tanah-tanah sawah tadah hujan
ditanami dengan Semangka, Kacang Panjang, Cabai Merah, Timun Suri dll. dengan
menggunakan sistem irigasi saluran terbuka dengan sumber air dari sumur bor
pantek yang dihisap oleh mesin pompa (umumnya berbahan bakar bensin). Sistem
irigasi saluran terbuka ini adalah sistem irigasi yang tidak efisien dalam
pemanfaatan airnya, bahkan beberapa literature mengatakan hanya sekitar 10%
dari air yang diberikan yang diserap oleh akar tanaman, selebihnya (90%)
terbuang melalui perkolasi, evaporasi dll. Selain itu bila penempatan mesin
pompa air terlalu berdekatan, pada beberapa hari kemudian air menjadi sulit
untuk dihisap, sehingga penggunaan mesin pompa menjadi mubasir.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas maka dipilih
alternatif untuk menggunakan sistem irigasi hemat air yaitu sistem irigasi
tetes dengan pengadaan bahan baku jaringan seluruhnya berasal dari daerah
tersebut. Sistem irigasi tetes dapat mencapai efisiensi 95% dalam penyerapan
air oleh tanaman. Jaringan irigasinya menggunakan pipa-pipa PVC/Paralon yang
kemudian air dikeluarkan dari pipa dengan menggunakan penetes ulir plastik
sebagai regulator penetes, yang diteteskan di dekat tanaman. Sumber air berasal
dari sumur bor pantek yang dihisap dengan pompa air listrik.
1.2. Tinjauan
Pustaka
Kebutuhan pangan terutama beras terus meningkat dari
waktu ke waktu sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Di sisi lain
ketersediaan pangan terbatas sehubungan dengan terbatasnya lahan yang ada untuk
bercocok tanam, teknologi, modal dan tenaga kerja, sehingga defisit penyediaan
bahan pangan masih sering terjadi di negeri ini. Untuk itu berbagai pihak tidak
henti-hentinya berupaya untuk mengatasi masalah tersebut diatas melalui
berbagai kebijaksanaan dan program (Sudjarwadi, 1990). Sudjarwadi (1990)
mendefinisikan irigasi merupakan salah satu faktor penting dalam produksi bahan
pangan. Sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari
berbagai komponen, menyangkut upaya penyediaan, pembagian, pengelolaan dan
pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksi pertanian. Beberapa komponen
dalam sistem irigasi diantaranya adalah : a) siklus hidrologi (iklim, air
atmosferik, air permukaan, air bawah permukaan), b) kondisi fisik dan kimiawi
(topografi, infrastruktur, sifat fisik dan kimiawi lahan), c) kondisi biologis
tanaman, d) aktivitas manusia (teknologi, sosial, budaya, ekonomi).
Irigasi merupakan suatu ilmu yang
memanfaatkan air untuk tanaman mulai dari tumbuh sampai masa panen. Air
tersebut diambil dari sumbernya, dibawa melalui saluran, dibagikan kepada
tanaman yang memerlukan secara teratur, dan setelah air tersebut terpakai,
kemudian dibuang melalui saluran pembuang menuju sungai kembali. Irigasi
dikehendaki dalam situasi:
(a) bila jumlah curah hujan lebih kecil dari
pada kebutuhan tanaman,
(b) bila jumlah curah hujan mencukupi tetapi
distribusi dari curah hujan tidak bersamaan dengan waktu yang dikehendaki
tanaman.
Irigasi merupakan usaha untuk
mendatangkan air dengan membuat bangunan dan jaringan berupa saluran -
saluran untuk mengalirkan air guna keperluan pertanian, membagi-bagikan air ke
sawah sawah atau ladang-ladang dengan cara yang teratur dan membuang air
yang tidak diperlukannya lagi, setelah air itu digunakan dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itu ilmu irigasi sangat penting untuk membuat
petani atau rakyat sekitarnya dapat memanfaatkan sumber air yang ada, sehingga petani
dapat meningkatkan kesejahteraannya.
1.3. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat kita ambil
dari irigasi adalah:
1.Sistem dapat menjamin sepenuhnya persediaan air
untuk tanaman.
2.Sistem dapat menjamin waktu panen pada saat musim
kering.
3.Menjaga suhu tanah agar tetap dingin.
4.Mencuci garam – garam yang berada dalam tanah.
5.Memperkecil resiko rembesan air tanah.
6.Agar tanah lebih mudah dikerjakan pada waktu
membajak.
1.4. Tujuan
Maksud irigasi
ialah untuk mencukupi kebutuhan air guna pertanian dan tujuan irigasi tergantung
dari kebutuhan untuk apa irigasi itu akan diperlukannya. Maksud itu dapat
dibagi dalam :
a. Membasahi tanah
b. Merabuk
c. Mengatur suhu (temperatur) tanah
d. Menghindari gangguan dalam tanah
e. Kolmatase
f. Membersihkan air kotoran
g. Mempertinggi air tanah.
BAB II.
PEMBAHASAN
Kebutuhan pokok
untuk kesuburan hidup tanaman adalah; unsur-unsur tertentu (hara), air, udara,
cahaya, dan panas (suhu). Pertumbuhan akar dipengaruhi oleh tingkat tinggi
rendahnya suhu tanah pada daerah perakaran, begitu pula dengan ketersediaan
udara dalam tanah mempengaruhi pula pernafasan sebagian dari akar-akar tanaman.
Pertumbuhan tanaman akan menjadi baik bilamana disediakan kondisi ideal untuk
tanaman tersebut. Unsur hara dalam konsentrasi yang optimum sangat diperlukan
oleh tanaman. Unsur hara yang diperlukan adalah unsur hara makro dan mikro.
Ketersediaan unsur
hara dalam tanah berupa senyawa kompleks yang sukar larut dan dapat berupa
senyawa sederhana yang larut dalam air dan relatif tersedia untuk tanaman.
Keragaman jenis tumbuh-tumbuhan karena adanya pengaruh iklim yang kompleks,
selain butuh air, tanaman membutuhkan tempat untuk tumbuh yaitu tanah. Tanah
yang baik untuk usaha pertanian adalah tanah yang mudah diolah, dan
produktivitas tinggi. Sedangkan komposisi tanah untuk kepentingan pertanian
berupa tanah mineral dengan kandungan bahan organic (humus) dan tentu saja
unsur air dan udara ada pada komposisi tanah tersebut.
Ditinjau dari proses penyediaan,
pemberian, pengelolaan dan pengaturan air, sistem irigasi dapat dikelompokkan
menjadi 4 (Sudjarwadi, 1990), yaitu :
a) sistem
irigasi permukaan (surface irrigation system),
b) sistem
irigasi bawah permukaan (sub surface irrigation system),
c) sistem
irigasi dengan pemancaran (sprinkle irrigation system),
d) sistem
irigasi dengan tetesan (trickle irrigation / drip irrigation system).
Pemilihan jenis sistem irigasi sangat dipengaruhi oleh
kondisi hidrologi, klimatologi, topografi, fisik dan kimiawi lahan, biologis
tanaman sosial ekonomi dan budaya, teknologi (sebagai masukan sistem irigasi)
serta keluaran atau hasil yang akan diharapkan .
2.1 Sumber
Air Irigasi
Beberapa contoh sumber air irigasi yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber air, adalah :
a. Air Bekas Galian Tambang/Air
Kolong
Gambar 1. Sumber air irigasi bekas air kolong penambangan timah di
Bangka Belitung yang dapat dimanfaatkan untuk irigasi
b. Terjunan Air
Terjunan air (gambar 2) merupakan air permukaan yang
sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai air irigasi. Terjunan air seperti
ini pada umumnya belum termanfaatkan secara optimal. Dengan sedikit sentuhan
teknologi (pembuatan bak penampung, pembuatan saluran terbuka (open chanel)
atau saluran tertutup/pipa (close chanel), maka air ini dapat dimanfaatkan
untuk mengairi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan maupun untuk memenuhi
kebutuhan air untuk pengembangan peternakan.
Gambar 2. Air terjunan yang dimanfaatkan untuk keperluan irigasi
c. Airan Sungai
Gambar 3. Aliran sungai/anak sungai yang dapat disadap sebagai sumber air
irigasi melalui pembuatan saluran air.
2.2
Jenis-Jenis Kegiatan
Disadari bahwa kondisi lapangan sangat bervariasi,
dengan demikian jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan melalui kegiatan
pengembangan air permukaan sangat beragam sesuai dengan kondisi dan potensi
yang ada di daerah. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam
pengembangan air permukaan adalah sebagai berikut :
1. Kincir Air
Pembangunan kincir air (gambar 4) dimaksudkan untuk
menaikkan air sungai dengan memanfaatkan tenaga dari aliran/arus air. Pada
umumnya kincir air terdiri poros, lingkaran roda yang dilengkapi dengan tabung
dan sudut-sudut yang dipasang disekeliling roda.
Gambar 4. Penggunaan kincir air untuk irigasi yang telah dipakai masyarakat
tani di Sumatera Barat.
b. Kincir Angin
Pembangunan kincir angin (gambar 5) dimaksudkan untuk
menaikkan air permukaan dengan menggunakan pompa yang digerakkan dengan tenaga
angin. Teknologi ini sangat cocok dipergunakan pada daerah-daerah “remote”
dimana sumberdaya lainnya (listrik, BBM) belum tersedia. Teknologi ini
disamping tidak memerlukan biaya operasional yang besar juga tidak menghasilkan
polusi. Pompa air dengan memanfaatkan tenaga angin (kincir angin) sudah banyak
dilakukan oleh petani-petani di wilayah pantai utara Pulau Jawa.
Gambar 5 Pengembangan air permukaan dengan menggunakan pompa yang
digerakkan oleh tenaga angin.
c. Pembuatan Saluran/Pembawa
Pengembangan air permukaan dapat pula digunakan
mengalirkan air sungai dengan membangun saluran irigasi baru (gambar 6). Dengan
adanya pembuatan saluran tersebut, diharapkan diperoleh penambahan luas areal
tanam, peningkatan indeks pertanaman maupun peningkatan produktivitas tanaman.
Gambar 6. Pembangunan jaringan irigasi kuarter merupakan salah satu aspek
pengembangan air permukaan
d. Pembuatan Bak Penampung dan
Pemasangan Pipa Distribusi
Pemanfaatan air permukaan (terjunan air) sebagai
sumber air irigasi dapat dilakukan dengan pembuatan bak penampung yang
dilengkapi dengan pemasangan pipa-pipa untuk mendistribusikan air. Selanjutnya
air tersebut digunakan untuk mengembangakan usaha budidaya pertanian baik
tanaman pangan, hortikultura maupun peternakan.
e. Pompanisasi
Sistem pompanisasi dalam pengembangan irigasi air
permukaan adalah upaya mengambil air dari sumber air permukaan (sungai, danau
dll), yang diangkat dan didistribusikan dengan mempergunakan pompa air.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah : pengadaan pipa/selang hisap, pipa/selang
buang serta saluran distribusi ke lahan yang akan diari. Saluran distribusi ini
dapat berupa saluran terbuka ataupun saluran tertutup/pipa paralon.
2.3. Teknologi
Irigasi Tetes (Drip Irrigation)
Irigasi tetes pertama kali diterapkan di Jerman pada
tahun 1869 dengan menggunakan pipa tanah liat. Di Amerika, metoda irigasi ini berkembang
mulai tahun 1913 dengan menggunakan pipa berperforasi. Pada tahun 1940-an
irigasi tetes banyak digunakan di rumah-rumah kaca di Inggris. Penerapan
irigasi tetes di lapangan kemudian berkembang di Israel pada tahun 1960-an.
Irigasi tetes tampaknya bisa dijadikan pilihan cerdas
untuk mengatasi masalah kekeringan atau sedikitnya persediaan air di
lahan-lahan kering. Drip irrigation dirancang khusus untuk pertanian
bunga-bungaan, sayuran, tanaman keras, greenhouse, bedengan, patio dan
tumbuhan di dak. Selain oleh petani tradisional, sistem mikro irigasi ini cocok
untuk kebun perkotaan, sekolah, rumahan, operator greenhouse. Pada
dasarnya siapapun yang bercocok tanam yang butuh pengairan yang tepat dan
efisien, bisa menggunakan sistem ini.
Dengan penambahan pengatur waktu (timer) yang
diprogram, sistem irigasi mikro ini secara otomatis akan menyiram tanaman
dengan jumlah air yang tepat setiap hari sementara anda bisa berleha-leha di
rumah atau bisa tenang bepergian.
Pemberian air pada irigasi tetes dilakukan dengan
menggunakan alat aplikasi (applicator, emission device) yang dapat
memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang tinggi (hampir
terus-menerus) disekitar perakaran tanaman.Tekanan air yang masuk ke alat
aplikasi sekitar 1.0 bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati nol untuk
mendapatkan tetesan yang terus menerus dan debit yang rendah. Sehingga irigasi
tetes diklasifikasikan sebagai irigasi bertekanan rendah. Pada irigasi tetes,
tingkat kelembaban tanah pada tingkat yang optimum dapat dipertahankan. Sistem
irigasi tetes sering didesain untuk dioperasikan secara harian (minimal 12 jam
per hari).
Irigasi tetes mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
metoda irigasi lainnya, yaitu dapat meningkatkan nilai guna air, dimana secara
umum, air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan dengan
metode lainnya. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil, fluktuasi
kelembaban tanah yang tinggi dapat dihindari dengan irigasi tetes ini dan
kelembaban tanah dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan
tanaman dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian, pemberian pupuk
atau bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air irigasi, sehingga pupuk
atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, serta menekan resiko
penumpukan garam, dan pertumbuhan gulma, Pemberian air pada irigasi tetes
hanya terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat
ditekan sehingga dapat menghemat tenaga kerja, sistem irigasi tetes dapat
dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga kerja yang
diperlukan menjadi lebih sedikit.
2.4
Rancangan irigasi pada suatu lahan pertanian
a. Metoda
Pemberian Air Pada Irigasi Tetes
Pemberian air irigasi pada irigasi tetes meliputi
beberapa metoda pemberian, yaitu sebagai berikut:
1. Irigasi
tetes (drip irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan dalam
bentuk tetesan yang hampir terus menerus di permukaan tanah sekitar daerah
perakaran dengan menggunakan emitter. Debit pemberian sangat rendah,
biasanya kurang dari 12l/jam untuk point source emitter atau kurang dari
12l/jam per m untuk line source emitter.
2. Irigasi
bawah permukaan (sub-surface irrigation). Pada metoda ini air irigasi
diberikan menggunakan emitter di bawah permukaan tanah. Debit pemberian pada
metoda irigasi ini sama dengan yang dilakukan pada irigasi tetes.
3. Bubbler
irrigation. Pada metoda ini air irigasi diberikan ke permukaan tanah
seperti aliran kecil menggunakan pipa kecil (small tube) dengan debit
sampai dengan 225 l/jam. Untuk mengontrol aliran permukaan (run off) dan erosi,
seringkali dikombinasikan dengan cara penggenangan (basin) dan alur (furrow)
4. Irigasi percik (spray irrigation). Pada
metoda ini, air irigasi diberikan dengan menggunakan penyemprot kecil (micro
sprinkler) ke permukaan tanah. Debit pemberian irigasi percik sampai dengan
115 l/jam. Pada metoda ini, kehilangan air karena evaporasi lebih besar
dibandingkan dengan metoda irigasi tetes lainnya.
Irigasi tetes juga dapat dibedakan berdasarkan jenis
cucuran air menjadi :
(a)
Air merembes sepanjang pipa lateral (viaflo)
(b) Air
menetes atau memancar melalui alat aplikasi yang di pasang pada pipa lateral
(c)
Air menetes atau memancar melalui lubang-lubang pada pipa lateral
Sistem irigasi tetes cepat dan mudah dirakit.
Komponennya utama adalah pipa paralon dengan dua ukuran yang berbeda. Yang
berdiameter lebih besar digunakan sebagai pipa utama, sementara yang lebih
kecil digunakan sebagai pipa tetes. Pipa utama berfungsi sebagai pembagi air ke
setiap pipa tetes. Pipa tetes diberi lubang-lubang untuk meneteskan air ke
setiap tanaman dengan jaraksesuai jarak antar tanaman. Untuk mengalirkan air
dari sumbernya diperlukan pompa air, juga dilengkapi kran dan saringan air ke
pipa utama, tidak lupa pipa konektor untuk sambungan.
b. Komponen
Irigasi Tetes
Sistem irigasi tetes di lapangan umumnya terdiri dari
jalur utama, pipa pembagi,pipa lateral, alat aplikasi dan sistem pengontrol .
Unit utama terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter
(saringan) utama dan komponen pengendali (pengukur tekanan, pengukur debit dan
katup). Sistem
irigasi tetes tidak harus selalu menggunakan pompa untuk mengalirkan air ke
setiap pohon. Ada cara yang lebih simpel yaitu dengan memanfaatkan gaya
gravitasi bumi. Cara ini cocok untuk sumber air yang lebih tinggi dari kebun.
Bahkan tinggi sumber air 1 m pun memungkinkan. Sistem gravitasi bisa lebih
menghemat biaya, petani tidak perlu membeli pompa untuk mengalirkan air ke
seluruh kebun. Namun jika hal tersebut sulit dilakukan karena medan sebaiknya
menggunakan pompa..
Instalasi irigasi tetes sistem gravitasi memerlukan
tangki sebagai penampung air, menara penopang tangki, kran, saringan (filter),
pipa PVC, sambungan pipa, dan pipa tetes (drip line) tempat air menetes
ke setiap akar tanaman. Sumber energi pompa hidram berasal dari tekanan tinggi
akibat fenomena pukulan air (water hammer) karena adanya perubahan kecepatan
tiba-tiba dari aliran air oleh penutupan katup, sehingga pompa ini tidak
memerlukan suplai energi dari luar seperti BBM atau listrik. Hal ini tentunya
sangat baik untuk mendukung pengembangan energi terbarukan (renewable energy)
yang bebas polusi.
Prinsip kerja pompa dimana di dalamnya terdapat
beberapa komponen seperti pipa suplai , katup buang , katup masuk , tabung
udara , dan pipa hantar. Sistem kerja diawali aliran air dari sumber masuk
melalui pipa suplai dan keluar melalui katup buang. Naiknya kecepatan aliran
akan mendorong katup buang ke atas hingga tertutup dan menghentikan aliran air
dari pipa suplai. Hal ini menyebabkan terjadinya fenomena pukulan air sehingga
tekanan naik secara drastis. Kenaikan tekanan ini akan membuka katup masuk
sehingga terjadi aliran menuju pipa hantar.
Aliran air ini yang diharapkan dari pompa ini dan
dapat digunakan untuk konsumsi kita sesuai dengan kebutuhannya. Aliran ini
menyebabkan tekanan kembali turun dan karena pengaruh beratnya sehingga katup
tertutup kembali. Ini diikuti pembukaan katup buang yang juga dipengaruhi oleh
beratnya, sehingga air akan mengalir kembali melalui katup ini dan begitulah
seterusnya siklus akan terjadi dengan cepat. Dengan prinsip tersebut membuat
pompa hidram ini dapat bekerja terus selama 24 jam tanpa henti. Efisiensi
keseluruhan dapat diperoleh secara baik. Lebih dari 5 persen energi dari aliran
air dapat dipindahkan ke aliran kiriman.
Untuk mendesain pompa hidram perlu mencermati aliran
sumber air berupa debit sumber air pada kondisi normal dan pengukuran dilakukan
pada musim kering karena pada saat itu terjadi debit minim. Selain itu
melihat ketinggian sumber air terhadap lokasi pompa hidram dan kemiringan
lokasi di bawah sumber air. Tinggi dari sumber air ke tempat yang diharapkan
untuk suplai air perlu diketahui untuk memperkirakan penempatan pompa hidram
dan berdasar populasi penduduk atau luas lahan pertanian yang akan dilayani
atau kebutuhan lainnya sesuai kondisi tiap-tiap daerah.
Pompa hidram dapat bekerja secara otomatis dan hanya
membutuhkan sedikit perawatan. Tidak membutuhkan energi dari luar untuk
pemompaan seperti BBM dan listrik, tetapi menggunakan aliran air sebagai
energinya. Hampir tidak memerlukan biaya operasional, dan karena tidak ada
bagian yang bergesekan, penggunaan pelumasan oli secara rutin tidak diperlukan.
Akibat beda ketinggian ini, air akan mengalir dari
tangki melalui pipa PVC, dari pipa PVC air kemudian mengalir ke drip lines
yang memiliki lubang-lubang untuk meneteskan air ke setiap tanaman. Pengaturan
waktu penyiraman dilakukan dengan cara membuka-tutup kran. Kran sebaiknya
dilengkapi dengan filter agar kotoran tidak masuk ke dalam pipa.
Dengan irigasi tetes sistem gravitasi, setiap tanaman
akan mendapatkan jatah air yang sama bila menggunakan regulator (panjang lk. 3
cm) di dalam pipa tetes. Regulator ini berupa celah-celah berbentuk zig-zag. Di
ujung regulator inilah terdapat lubang kecil tempat air menetes.
2. Pipa utama (main line)
Umumnya terbuat dari pipa polyvinylchlorida (PVC),
galvanized steel atau besi cor dan berdiameter antara 7.5–25 cm. Pipa
utama dapat dipasang di atas atau di bawah permukaan tanah.
3. Pipa pembagi (sub-main,
manifold)
Dilengkapi dengan filter kedua yang lebih halus
(80-100 μm), katup selenoid, regulator tekanan, pengukur tekanan dan katup
pembuang. Pipa sub-utama terbuat dari pipa PVC atau pipa HDPE (high density
polyethylene) dan berdiameter antara 50 – 75 mm. Penyambungan pipa
pembagi–pipa utama dapat dibuat seperti yang ditunjukkan pada.
4. Pipa Lateral
Merupakan pipa tempat dipasangnya alat aplikasi,
umumnya dari pipa polyethylene (PE) seperti yang ditunjukkan pada Gambar
7, berdiameter 8 – 20 mm dan dilengkapi dengan katup pembuang. Penyambungan
pipa lateral–pipa pembagi dapat dilakukan dengan berbagai cara.
5. Alat aplikasi (applicator,
emission device)
Alat
aplikasi terdiri dari penetes (emitter), pipa kecil (small tube,
bubbler) dan penyemprot kecil (micro sprinkler) yang dipasang pada
pipa lateral. Alat aplikasi terbuat dari berbagai bahan seperti PVC, PE,
keramik, kuningan dan sebagainya.
Gambar 8. Komponen drip irigasi
Gambar 9. Jenis Sprinkler Irigasi
2.3. Bentuk
Rancangan Irigasi Tetes
Gambar 9. Model/Bentuk Irigasi Tetes
Sistem irigasi tetes sangat membantu memperlambat
penguapan dan membantu pertumbuhan tanaman di musim kemarau. Dengan sistem ini,
500 pohon kakao dan 200 pohon mente umur 1,5-2 tahun tidak mati pada musim
kemarau. Bahannya sangat sederhana, yaitu bambu (2-3 ruas) garis tengah 10-15 cm.
Antarruas dibuat lubang besar kecuali ruas terakhir diberi lubang kecil agar
air keluar secara merembes. Ditaruh di dekat tanaman, terutama bagian bawah
dekat akar.
Untuk mengurangi penguapan, diberi jerami. Dengan 3-4
ruas bambu, pengisian air dikerjakan tiap 4-5 hari sekali. Bila 7 ruas bambu
pengisian air bisa dilakukan tiap 7-8 hari. Sehingga sangat membantu dalam
menghemat tenaga menyiram dan ongkos.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penjelasan di atas, dapat ditarik
beberapa kesimpulan yaitu :
v Irigasi merupakan suatu ilmu yang
memanfaatkan air untuk tanaman mulai dari tumbuh sampai masa panen. Air
tersebut diambil dari sumbernya, dibawa melalui saluran, dibagikan kepada
tanaman yang memerlukan secara teratur, dan setelah air tersebut terpakai,
kemudian dibuang melalui saluran pembuang menuju sungai kembali.
v Irigasi tetes tampaknya bisa
dijadikan pilihan cerdas untuk mengatasi masalah kekeringan atau sedikitnya persediaan
air di lahan-lahan kering.
v Irigasi tetes mempunyai kelebihan
yaitu dapat meningkatkan nilai guna air namun memiliki kelemahan yaitu
memerlukan perawatan yang lebih intensif.
v Komponen
Irigasi Tetes antara lain yaitu Unit utama (head unit), Pipa utama (main
line), Pipa
pembagi (sub-main, manifold), Pipa Lateral dan Alat aplikasi (applicator,
emission device).
v Sistem irigasi tetes sangat membantu
memperlambat penguapan dan membantu pertumbuhan tanaman di musim kemarau dan
dapat mengairi tanaman umur panjang seperti mangga,
rambutan, jeruk dan sejenisnya hanya dengan mengginakan botol plastik ataupun
bambu sebagai bahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Allafa89.
2008. Sistem Irigasi. http://one.indoskripsi.com/nude. 26
Februari 2015
Anonim.2009.Irigasi [Terhubung
berkala]. http://id.wikipedia.org/wiki/irigasi.
(diakses pada 26 Februari 2015)
Prastowo, A. 2002. Teknologi Irigasi Tetes. Fakultas Teknologi Pertanian. Bogor :
Institut Pertanian Bogor.
0 comments:
Post a Comment